Kamis, 18 Oktober 2018

Ruang, Roh dan Jasad


Nama : Ayu Intan Tina
NPM : 15120237
Kelas : 7C
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pada perkuliahan filsafat pendidikan tanggal 16 Oktober 2018, membahas tentang “ruang, roh, dan jasad”. Jasad atau wadah bisa bergerak karena adanya roh. Manusia memiliki akal dan pikiran. Yang menggerakkan otak kanan dan otak kiri adalah akal. Akal sebagai generator yang menggerakkan realitas-realitas. Realitas bisa disebut juga dengan asma. Asma juga berarti fenomena, peristiwa, kejadian, hidup, dan ciptaan.
Salah satu tokoh pendidikan nasional Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan yang dibawa Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang mengajari kesadaran, yaitu berupa kesadaran atas diri sendiri. Kesadaran memahami ruang atau realitas pada diri seseorang. Ki Hadjar Dewantara berkata bahwa manusia adalah titah Tuhan. Titah berarti mempunyai landasan pijak, memiliki darah, dan memiliki jejak. Ilmu berasal dari Tuhan, kemudian diolah manusia melalui manivestasi dan ejuwantah, selanjutnya akan menghasilkan ilmu yang selalu melibatkan manusia. Ilmu manusia yang mengambil dari realitas dan realitas itu mengambil dari ilmu Allah, maka kita itulah titah Allah.
Titah Tuhan menurut Ki Hadjar Dewantara terdiri atas :
1.      Badan kasar
2.      Badan alus / rogo alus
Rogo alus akan melahirkan pendidikan lahir dan batin. Badan jasmani dan rohani itu menjadi satu. Allah itu mempunyai sifat sabar, asmanya yaitu penyabar, dan tindakannya yaitu bersabar. Ketiga itu semua juga dititipkan kepada manusia, sehingga manusia disebut juga sebagai titah Tuhan. Untuk dikenali, Allah menciptakan alam semesta dan seisinya, termasuk manusia. Manusia adalah ciptaan yang terakhir dengan tujuan agar dapat merangkul dan mengelola alam semesta itu dengan baik. Diri / dzat → sifat → asma → tindakan / af’at, yang susah adalah mengelola. Contohnya : ada murid yang pandai karate, mempunyai sifat kohar (memaksa) dan mempunyai kekuatan. Kemudian murid itu mendobrak dan menghadap kamu, cara bicaranya menunjukkan kekuatan. Bagaimana cara menghadapinya?
Pertama, kamu harus tahu dilawan dengan apa. Kedua, kamu tahu dilawan dengan apa, tapi kamu mampu atau tidak.

Kamis, 04 Oktober 2018

Peranan Tokoh Pendidikan di Indonesia


Ayu Intan Tina (15120237)
Reportase Kuliah Filsafat Pendidikan
Assalamu’alaikum wr.wb.
Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang tokoh pendidikan di Indonesia. Tokoh pendidikan lainnya yaitu AA.Nafis dan M.Syafi’i. AA.Nafis adalah seorang tokoh pendidikan dan juga seorang sastrawan. Pada zaman kerajaan sudah ada pendidikan (feminimitas, maskulin), yang digambarkan sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme. Tokoh pendidikan pada zaman kerajaan yaitu RA.Kartini. Sebelumnya ada tokoh Cut Nyak Dhien. Beliau merupakan seorang pahlawan dari daerah Aceh.
Peranan tokoh pendidikan di Indonesia antara lain:
Ki Hadjar Dewantara sangat berperan dalam kemajuan pendidikan. Bahkan kemajuan pendidikan di negara Finlandia termasuk menganut sistem atau filsafat Ki Hadjar Dewantara. Sebutan Ki, berarti orang yang berpengaruh. Jika dalam Islam ada sebutan Ustad, yang berarti guru besar. Tokoh yang berpartisipasi secara publik adalah Ki Hadjar Dewantara. Karena pengaruh politik, maka nama beliau menjadi Ki Hadjar Dewantara. Hal tersebut dilakukan agar tidak menampakkan keadaan konglomerat. Pola yang mempengaruhi pendidikan nasional diantaranya yaitu: pendidikan anak-anak, keluarga, kesenian, ilmu adab, bahasa, dan ilmu jiwa. Dibagian pendidikan nasional, dalam pendidikan harus diingat bahwa pendidikan berawal dari rasa kemerdekaan. Merdeka bukan berarti bebas. Kemerdekaan berbeda dengan kebebasan. Independent berarti tidak ada ikatan. Fredom atau kemerdekaan, seharusnya mengerti batasan-batasan. Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Cak Nun, mengemukakan “Kemerdekaan memahami batasan”. Contohnya, kita bebas berperilaku namun ada batasan di dalam masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa untuk membentuk sistem pendidikan nasional maka harus :
1.      Berdiri sendiri
2.      Tidak tergantung pada orang lain
3.      Dapat mengatur dirinya sendiri
Merdeka = mengerti batasan diri. Dimensi kemerdekaan sama dengan dimensi kedirian. Ada kesadaran semesta atau kosmik yang diwakili oleh dirimu, dipahami oleh dirimu dinamakan memiliki rasa kemerdekaan. Kemandirian itu tiak harus dimaknai sama sekali tidak tergantung pada orang lain.
Hubungan pengajaran dengan bangsa :
Pengajaran nasional adalah pengajaran yang selaras dengan kehidupan bangsa. Bangsa yang lupa adalah bangsa yang dapat dikatakan atau dikategorikan dia yang melupakan / dilupakan, dia yang dilalaikan / melalaikan.