Kamis, 01 November 2018

Pendidikan dan Pengajaran


Nama : Ayu Intan Tina
NPM : 15120237
Kelas : 7C
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pada perkuliahan filsafat pendidikan tanggal 30 Oktober 2018, membahas tentang “Pendidikan dan Pengajaran”.  Pendidikan dan pengajaran mempunyai makna yang berbeda. Hakikat pendidikan di sekolah hanya sebatas diberi materi pelajaran di kelas kemudian setelah selesai ya sudah, mereka pulang kerumah masing-masing. Sedangkan untuk hakikt pengajaran yaitu mengajarkan nilai-nilai dalam hidup. Pendidikan sejatinya adalah laku atau tuntunan, yang dilakukan. Pola pendidikan harus nuntun dan melakukan. Sedangkan pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pengajaran memberikan pengetahuannya. Fungsi pengajaran memberi tuntunan pengetahuan itu untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan dikatakan sebagai universitas, dan pengajaran dikatakan sebagai parsial. Bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah pengayoman. Pengayoman sama dengan laku, penjagaan, dan pelestarian.
Manusia yang saling bertukar informasi disebut mengajari. Dalam hal itu tidak ada tingkatan atas maupun bawah. Artinya ketika mereka saling bertukar informasi, maka posisi mereka sama sejajar. Manusia cenderung memahami simbol. Disebut manusia jika ia cerdas dalam memahami simbol. Sebagai contoh, misalnya ada seseorang yang mengungkapkan bahwa simbol pada dirinya yaitu lingkaran. Dia memaknai simbol lingkaran itu sebagai kehidupan dia yang terus berputar dan kembali ke sisi tersebut secara berulang-ulang tanpa henti, atau tidak ada ujungnya. Dalam pendidikan, kita juga belajar tentang matematika. Matematika juga dapat dikatakan sebagai logika kehidupan atau logika proses. Sebenarnya Sejatinya manusia mengelola, sejelek apapun sifat seseorang, kita tetap harus mencari sisi baiknya. Manusia harus beradab. Adab dan peradaban mempunyai makna yang berbeda. Adab merupakan akumulasi dari akhlak, sedangkan peradaban merupakan kumpulan dari manusia-manusia yang tinggal dalam suatu lingkungan.

Kamis, 18 Oktober 2018

Ruang, Roh dan Jasad


Nama : Ayu Intan Tina
NPM : 15120237
Kelas : 7C
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pada perkuliahan filsafat pendidikan tanggal 16 Oktober 2018, membahas tentang “ruang, roh, dan jasad”. Jasad atau wadah bisa bergerak karena adanya roh. Manusia memiliki akal dan pikiran. Yang menggerakkan otak kanan dan otak kiri adalah akal. Akal sebagai generator yang menggerakkan realitas-realitas. Realitas bisa disebut juga dengan asma. Asma juga berarti fenomena, peristiwa, kejadian, hidup, dan ciptaan.
Salah satu tokoh pendidikan nasional Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan yang dibawa Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang mengajari kesadaran, yaitu berupa kesadaran atas diri sendiri. Kesadaran memahami ruang atau realitas pada diri seseorang. Ki Hadjar Dewantara berkata bahwa manusia adalah titah Tuhan. Titah berarti mempunyai landasan pijak, memiliki darah, dan memiliki jejak. Ilmu berasal dari Tuhan, kemudian diolah manusia melalui manivestasi dan ejuwantah, selanjutnya akan menghasilkan ilmu yang selalu melibatkan manusia. Ilmu manusia yang mengambil dari realitas dan realitas itu mengambil dari ilmu Allah, maka kita itulah titah Allah.
Titah Tuhan menurut Ki Hadjar Dewantara terdiri atas :
1.      Badan kasar
2.      Badan alus / rogo alus
Rogo alus akan melahirkan pendidikan lahir dan batin. Badan jasmani dan rohani itu menjadi satu. Allah itu mempunyai sifat sabar, asmanya yaitu penyabar, dan tindakannya yaitu bersabar. Ketiga itu semua juga dititipkan kepada manusia, sehingga manusia disebut juga sebagai titah Tuhan. Untuk dikenali, Allah menciptakan alam semesta dan seisinya, termasuk manusia. Manusia adalah ciptaan yang terakhir dengan tujuan agar dapat merangkul dan mengelola alam semesta itu dengan baik. Diri / dzat → sifat → asma → tindakan / af’at, yang susah adalah mengelola. Contohnya : ada murid yang pandai karate, mempunyai sifat kohar (memaksa) dan mempunyai kekuatan. Kemudian murid itu mendobrak dan menghadap kamu, cara bicaranya menunjukkan kekuatan. Bagaimana cara menghadapinya?
Pertama, kamu harus tahu dilawan dengan apa. Kedua, kamu tahu dilawan dengan apa, tapi kamu mampu atau tidak.